Sudah hampir satu
tahun melewatkan kejadian sial beruntun hanya dalam hitungan jam ya. Hal itu
diawali ketika kita pergi ke kota bawa motor dinas miliknya ibu kades tempat
kita kuliah kerja nyata (KKn), dan motor itu terkena tilang karena kita salah memahami
rambu lalu lintas (atau malah tak pernah membaca). Yang kata kamu tidak sama
dengan rambu-rambu jalan kota kita sendiri, sedangkan disini (di kota tempat
KKn itu) ada tulisan “belok kanan Isyarat lalmpu”. Tapi malah kita berhenti
karena ada lampu merah, padahal kita kan gak belok kanan, tapi jalan kita harus
lurus, karena tujuan kita bukan parteker, tapi UNIRA. Aduh malunya minta ampun.
Apalagi pada ibu kades yang baik hati itu. (jadi kangen sama beliau, yang sejak
pelepasan itu kita tidak pernah bertemu kembali. Apalagi sama anaknya.
Hahaha.................)
(kapan ya kita bisa silaturrahmi lagi dengan mereka,
mumpung anaknya pulang kampung juga.)
Tapi kita tetap mujur kan, karena kita tertolong oleh
kerabatku yang hampir saja saya lupa wajahnya, tapi malah dia yang terlebih
dahulu mengenaliku (sangat memalukan). Trimakasih mas Ipung atas pertologannya
dan pinjaman motornya. Dan—trauma itu tetap menghantui kita hampir satu bulan
penuh.
Kejadian itu bermula saat saya diminta bantuan oleh teman
yang yang juga KKn di kota lain untuk mengambilkan LCD notebooknya di UNIRA. Jadilah saya sebagai
kurir tanpa tanda jasa, karena saya juga berkepentingan dengan dia, tapi
tanpaknya dia hanya PHP saja.
KILAS BALIK: kamu dan aku; sepertinya memiliki kesamaan
dalam perjalan cinta—tesakiti. Lebih dari itu, seharusnya ketika mempercayai
seseorang tidak 100%, tetapi sisakan diruang hati kita atau lebih banyak dari
itu untuk menerima kekecewaan (ini nasehat dari salah satu teman baik saya
ketika pada malam itu harapan saya pupus, trimaksih saudaraku—le’ toan).
Apalagi laki-laki selalu tidak berdaya apabila dihadapkan pada perempuan,
apalagi pada senyum manis yang palsu itu, atau malah semua wanita itu brengsek
ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar