makalah
CABE JAMU
(PROSPEK EKONOMI BIDANG PERTANIAN)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MATA KULIAH PRAKTIK PENGELOLAAN BISNIS SYARIAH YANG DIAMPU OLEH BAPAK NUR HASAN ZAIFULLAH,
M.AB.
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA)
Guluk-Guluk Sumenep Jawa Timur 69463
Oleh :
ABD. WADUD
FAKULTAS SYARIAH
INSITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH (INSTIKA)
GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sampai dewasa ini sektor pertanian masih
merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional.
Hal ini berdasarkan fakta dimana masih besarnya sumbangsih sektor pertanian
terhadap pangsa share PDB, penyerapan tenaga, devisa dan ketahanan pangan
nasional. Menurut Hery Toiba dan Rosihan Asmara (2005)[1],
dalam perkembangannya dimasa yang akan datang sektor pertanian masih dianggap
sebagai sektor terpenting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan sehingga
sektor ini dituntut untuk dapat bergerak lebih dinamis mengikuti gerak
perubahan domestik dan global.
Tanaman cabe jamu (Piper Retrofractum Vohl) atau sering disebut juga cabe
jawa, termasuk famili Piperacea yang memiliki sifat hampir sama dengan tanaman
lada (Piper Ningrum) dan tanaman sirih (Piper Bettle). Saat ini jawa timur
merupakan pemasok utama kebutuhan bahan baku obat tradisional, baik untuk
kebutuhan dalam negeri maupun bahan baku ekspor dengan negara tujuan antara
lain Singapura, Malaysia, Hongkong dan India yang permintaannya sejak tahun
1997 terus meningkat (Suyanto, 2002).
Budidaya tanaman cabe jamu (Piper Retrofractum Vohl) merupakan suatu
peluang usaha yang cukup memberikan harapan karena permintaan cabe jamu kering
semakin lama semakin meningkat dan ternyata produksi obat atau jamu tradisional
tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri tetapi juga oleh konsumen
luar negeri.
Peningkatan produksi jamu olahan pabrik jamu antara lain disebabkan oleh
pesatnya pertumbuhan jumlah industrinya dan semakin tingginya minat masyarakat
pada jamu tradisional karena dipandang lebih aman. Bahkan trend pengolahan
akhir-akhir ini cenderung kembali pada tanaman yang digunakan secara
tradisional.
Dengan meningkatnya jumlah industri jamu dan produksi jamu tradisional
secara langsung akan meningkatkan permintaan cabe jamu. Menurut data dari Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Sumenep (2012) hasil produksi Cabe Jamu dari 8500 ton.
Namun produksi cabe jamu belum dapat memenuhi permintaan tersebut, karena
produksinya masih rendah (Ruhnayat dan Taryono, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH
Bab I Penadhuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bab II Pembahasan
A. Aspek pemasaran
B. Aspek produksi
C. Aspek keuangan
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
B. Kritik Dan Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASPEK PEMASARAN
Cabe jamu sudah sejak lama digunakan untuk berbagai keperluan. Di
Indonesia, cabe jamu banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat
tradisional (Jamu), Prospek pengembangan cabe jamu bertambah cerah sejalan
dengan berkembangnya industri obat modern dan kecenderungan masyarakat
menggunakan obat-obatan yang berasal dari alam (back to nature). Namun peluang
tersebut belum diikuti oleh peningkatan produktivitas tanaman di tingkat
petani, hal tersebut disebabkan usaha tani cabe jawa masih dianggap usaha sampingan
sehingga produksi nasional masih rendah.
Sedangkan
permintaan dari pabrik sangat besar dan kekuatan petani untuk memenuhinya
sangat terbatas. Sehingga sektor pertanian ini sangat menguntungkan jika
benar-benar ditekuni.
Apalagi,
pemasok cabe jamu selama ini masih didominasi oleh madura, khususnya Sumenep
dengan kota lain di Jawa Timur yaitu Lamongan. Maka bisnis ini masih sangat
menjanjikan dilihat dari daya saing yang masih rendah.
B. ASPEK PRODUKSI
Penanaman cabe jamu bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan
cara penanaman secara langsung dan yang kedua, adalah dengan cara penyemaian.
1. Dengan Cara Penanaman Langsung.
Penanaman langsung dapat dilakukan lewat dua sistem,
yaitu penanaman bibit lebih dulu kemudian menyusul tanaman panjatan (inang)
atau sebaliknya.
Dalam setiap lubang ditanam bibit antara enam
sampai delapan bibit. Pohon panjatan (inang) biasanya digunakan tanaman dadap
(Eryhrina Sp), kajaran (Castanza argentea), siwalan (Sorassus Spp) dan kelor
(Moringa ofeifera sanife).
Jarak tanam yang dilakukan biasanya adalah
jarak tanam monokultur dan diversifikasi (multikultur). Untuk jarak
tanam monokultur 2x2,5 meter dan jarak tanam diversifikasi (multikultur) 2x4 meter atau 2x6 meter. Untuk menghindari
kekeringan, sebaiknya dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore.
2. Dengan Cara Penyemaian.
Penanaman menggunakan cara ini biasanya apabila seseorang tidak memiliki cukup lahan untuk
menanam, sehingga tidak memakai lahan terlalu banyak. Sedangkan cara penanaman
in sebagai berikut:
- Bibit stek ditanam di dalam polybag yang
telah diisi tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:2:3.
- Polybag ditata rapi di atas bedengan dan
ditutup dengan naungan (alang-alang atau plastik).
- Penyiraman bibit di persemaian harus
hati-hati, karena kebutuhan air sangat minim. Apabila terjadi kelebihan air
siraman, maka bibit akan mati.
C. ASPEK KEUANGAN
Dalam rancana yang kita harapkan, kita memiliki 322 lubang penanaman yang
setiap lubang ada 3 tiga bibit yang ditanam dengan jarak tanam 2x2 miter, ini
direncanakan bagi penanaman langsung. Buakan persemaian.
a.
Rencana Biaya.
1. Biaya Dengan Cara Penanaman Langsung.
No
|
Bahan dan kebutuhkan
|
Volume
|
Harga @
|
Jumlah
|
|
1
|
beli
bibit
|
966
|
batang
|
Rp
150,00
|
Rp
144.900,00
|
2
|
upah
pencari pohon panjatan
|
322
|
batang
|
Rp
500,00
|
Rp
161.000,00
|
3
|
Pupuk
Kimia (npk)
|
200
|
Kg
|
Rp
4.000,00
|
Rp
800.000,00
|
4
|
Pupuk Organik (pupuk
kandang)
|
30
|
karung
|
Rp
10.000,00
|
Rp
300.000,00
|
5
|
Pekerja
|
5
|
orang
|
Rp
25.000,00
|
Rp
125.000,00
|
6
|
Cangkul
|
2
|
buah
|
Rp
47.500,00
|
Rp
95.000,00
|
7
|
Sekop
|
10
|
buah
|
Rp
12.000,00
|
Rp
120.000,00
|
Jumlah
|
Rp
1.745.900,00
|
2. Biaya Dengan Cara Penyemaian.
No.
|
Bahan dan kebutuhkan
|
Volume
|
Harga @
|
Jumlah
|
|
1
|
Polybag ukuran
0.12x40/20x50 cm. isi 23
|
14
|
buah
|
Rp 24.000,00
|
Rp 336.000,00
|
2
|
Pupuk
Kimia (npk)
|
370
|
Kg
|
Rp
4.000,00
|
Rp
1.480.000,00
|
3
|
Beli
Bibit
|
900
|
batang
|
Rp
150,00
|
Rp
144.900,00
|
4
|
Pupuk Organik (pupuk
kandang)
|
50
|
karung
|
Rp
10.000,00
|
Rp
500.000,00
|
5
|
Upah
Pencari Pohon Panjatan
|
322
|
batang
|
Rp
500,00
|
Rp
161.000,00
|
6
|
Pekerja
|
10
|
orang
|
Rp
25.000,00
|
Rp
250.000,00
|
7
|
Cangkul
|
2
|
buah
|
Rp
47.500,00
|
Rp
95.000,00
|
8
|
Sekop
|
10
|
buah
|
Rp
12.000,00
|
Rp
120.000,00
|
Jumlah
|
Rp
3.086.900,00
|
b.
Rencana Pendapatan
Setiap satu pohon panjat kita mengharapkan 1.5 Kg. Jadi dengan pohon panjat
yang berjumlah 322 kita akan menghasilkan cabe jamu sebanyak 483 Kg setiap 3
bulan sekali. Dengan harga jual + Rp. 80.000,00. Jadi pendapatan kami
sebesar Rp. 38.640.000,00.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikianlah makalah memberikan gambaran bahwa bisnis dibidang pertanian masih
memiliki propek yang bagus.
B. KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis tetap membuka kritik dan saran untuk perbaikan-perbaikan
selanjutnya.
[1] Heri Toiba dan
Rosihan Asmara, 2005. Model perencanaan program dan investasi pembangunan
pertanian tanaman pangan nasional. Jurnal Agrivita Vol 27(3) hal 234-247.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar