Jumat, 30 Mei 2014

makalah



CABE JAMU
(PROSPEK EKONOMI BIDANG PERTANIAN)


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas MATA KULIAH PRAKTIK PENGELOLAAN BISNIS SYARIAH YANG DIAMPU OLEH BAPAK NUR HASAN ZAIFULLAH, M.AB.
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA)
Guluk-Guluk Sumenep Jawa Timur 69463


Oleh :

ABD. WADUD




instik a













JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH
INSITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH (INSTIKA)
GULUK-GULUK SUMENEP JAWA TIMUR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
 Sampai dewasa ini sektor pertanian masih merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini berdasarkan fakta dimana masih besarnya sumbangsih sektor pertanian terhadap pangsa share PDB, penyerapan tenaga, devisa dan ketahanan pangan nasional. Menurut Hery Toiba dan Rosihan Asmara (2005)[1], dalam perkembangannya dimasa yang akan datang sektor pertanian masih dianggap sebagai sektor terpenting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan sehingga sektor ini dituntut untuk dapat bergerak lebih dinamis mengikuti gerak perubahan domestik dan global.
Tanaman cabe jamu (Piper Retrofractum Vohl) atau sering disebut juga cabe jawa, termasuk famili Piperacea yang memiliki sifat hampir sama dengan tanaman lada (Piper Ningrum) dan tanaman sirih (Piper Bettle). Saat ini jawa timur merupakan pemasok utama kebutuhan bahan baku obat tradisional, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun bahan baku ekspor dengan negara tujuan antara lain Singapura, Malaysia, Hongkong dan India yang permintaannya sejak tahun 1997 terus meningkat (Suyanto, 2002).
Budidaya tanaman cabe jamu (Piper Retrofractum Vohl) merupakan suatu peluang usaha yang cukup memberikan harapan karena permintaan cabe jamu kering semakin lama semakin meningkat dan ternyata produksi obat atau jamu tradisional tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri tetapi juga oleh konsumen luar negeri.
Peningkatan produksi jamu olahan pabrik jamu antara lain disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan jumlah industrinya dan semakin tingginya minat masyarakat pada jamu tradisional karena dipandang lebih aman. Bahkan trend pengolahan akhir-akhir ini cenderung kembali pada tanaman yang digunakan secara tradisional.
Dengan meningkatnya jumlah industri jamu dan produksi jamu tradisional secara langsung akan meningkatkan permintaan cabe jamu. Menurut data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sumenep (2012) hasil produksi Cabe Jamu dari 8500 ton. Namun produksi cabe jamu belum dapat memenuhi permintaan tersebut, karena produksinya masih rendah (Ruhnayat dan Taryono, 2008).
B.     RUMUSAN MASALAH
Bab I Penadhuluan
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
Bab II Pembahasan
A.    Aspek pemasaran
B.     Aspek produksi
C.     Aspek keuangan
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Kritik Dan Saran




BAB II
PEMBAHASAN
A.    ASPEK PEMASARAN
Cabe jamu sudah sejak lama digunakan untuk berbagai keperluan. Di Indonesia, cabe jamu banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional (Jamu), Prospek pengembangan cabe jamu bertambah cerah sejalan dengan berkembangnya industri obat modern dan kecenderungan masyarakat menggunakan obat-obatan yang berasal dari alam (back to nature). Namun peluang tersebut belum diikuti oleh peningkatan produktivitas tanaman di tingkat petani, hal tersebut disebabkan usaha tani cabe jawa masih dianggap usaha sampingan sehingga produksi nasional masih rendah.
Sedangkan permintaan dari pabrik sangat besar dan kekuatan petani untuk memenuhinya sangat terbatas. Sehingga sektor pertanian ini sangat menguntungkan jika benar-benar ditekuni.
Apalagi, pemasok cabe jamu selama ini masih didominasi oleh madura, khususnya Sumenep dengan kota lain di Jawa Timur yaitu Lamongan. Maka bisnis ini masih sangat menjanjikan dilihat dari daya saing yang masih rendah.
B.     ASPEK PRODUKSI
Penanaman cabe jamu bisa dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan cara penanaman secara langsung dan yang kedua, adalah dengan cara penyemaian.
1.      Dengan Cara Penanaman Langsung.
Penanaman langsung dapat dilakukan lewat dua sistem, yaitu penanaman bibit lebih dulu kemudian menyusul tanaman panjatan (inang) atau sebaliknya. 
Dalam setiap lubang ditanam bibit antara enam sampai delapan bibit. Pohon panjatan (inang) biasanya digunakan tanaman dadap (Eryhrina Sp), kajaran (Castanza argentea), siwalan (Sorassus Spp) dan kelor (Moringa ofeifera sanife).
Jarak tanam yang dilakukan biasanya adalah jarak tanam monokultur dan diversifikasi (multikultur). Untuk jarak tanam monokultur 2x2,5 meter dan jarak tanam diversifikasi (multikultur) 2x4 meter atau 2x6 meter. Untuk menghindari kekeringan, sebaiknya dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore.
2.      Dengan Cara Penyemaian.
Penanaman menggunakan cara ini biasanya apabila seseorang tidak memiliki cukup lahan untuk menanam, sehingga tidak memakai lahan terlalu banyak. Sedangkan cara penanaman in sebagai berikut:
- Bibit stek ditanam di dalam polybag yang telah diisi tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:2:3. 
- Polybag ditata rapi di atas bedengan dan ditutup dengan naungan (alang-alang atau plastik). 
- Penyiraman bibit di persemaian harus hati-hati, karena kebutuhan air sangat minim. Apabila terjadi kelebihan air siraman, maka bibit akan mati.

C.     ASPEK KEUANGAN
Dalam rancana yang kita harapkan, kita memiliki 322 lubang penanaman yang setiap lubang ada 3 tiga bibit yang ditanam dengan jarak tanam 2x2 miter, ini direncanakan bagi penanaman langsung. Buakan persemaian.
a.       Rencana Biaya.
1.      Biaya Dengan Cara Penanaman Langsung.
No
Bahan dan kebutuhkan
Volume
Harga @
Jumlah
1
beli bibit
966
batang
 Rp          150,00
 Rp         144.900,00
2
upah pencari pohon panjatan
322
batang
 Rp          500,00
 Rp         161.000,00
3
Pupuk Kimia (npk)
200
Kg
 Rp       4.000,00
 Rp         800.000,00
4
Pupuk Organik (pupuk kandang)
30
karung
 Rp     10.000,00
 Rp         300.000,00
5
Pekerja
5
orang
 Rp     25.000,00
 Rp         125.000,00
6
Cangkul
2
buah
 Rp     47.500,00
 Rp           95.000,00
7
Sekop
10
buah
 Rp     12.000,00
 Rp         120.000,00
Jumlah
 Rp      1.745.900,00




2.      Biaya Dengan Cara Penyemaian.
No.
Bahan dan kebutuhkan
Volume
Harga @
Jumlah
1
Polybag ukuran 0.12x40/20x50 cm. isi 23
14
buah
Rp  24.000,00
Rp          336.000,00
2
Pupuk Kimia (npk)
370
Kg
 Rp    4.000,00
 Rp      1.480.000,00
3
Beli Bibit
900
batang
 Rp        150,00
 Rp          144.900,00
4
Pupuk Organik (pupuk kandang)
50
karung
 Rp  10.000,00
 Rp          500.000,00
5
Upah Pencari Pohon Panjatan
322
batang
 Rp        500,00
 Rp          161.000,00
6
Pekerja
10
orang
 Rp  25.000,00
 Rp          250.000,00
7
Cangkul
2
buah
 Rp  47.500,00
 Rp            95.000,00
8
Sekop
10
buah
 Rp  12.000,00
 Rp          120.000,00
Jumlah
 Rp       3.086.900,00

b.      Rencana Pendapatan
Setiap satu pohon panjat kita mengharapkan 1.5 Kg. Jadi dengan pohon panjat yang berjumlah 322 kita akan menghasilkan cabe jamu sebanyak 483 Kg setiap 3 bulan sekali. Dengan harga jual + Rp. 80.000,00. Jadi pendapatan kami sebesar Rp. 38.640.000,00.








BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Demikianlah makalah memberikan gambaran bahwa bisnis dibidang pertanian masih memiliki propek yang bagus.
B.     KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis tetap membuka kritik dan saran untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya.




[1] Heri Toiba dan Rosihan Asmara, 2005. Model perencanaan program dan investasi pembangunan pertanian tanaman pangan nasional. Jurnal Agrivita Vol 27(3) hal 234-247.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar